Senin, 02 Desember 2013

Aku dan para malaikatku

Sejak saat itu, semakin deras gelombang angin itu datang menerpa sandaran yang telah sedikitnya kokoh. Mengapung, kini keadaan itu kusebut. Hanya dengan pola yang sedikit berbeda dengan yang selama ini tergambarkan, benturan yang menghitamkan telah menjelaskan sedikitnya kerutan-kerutan di wajah yang semakin membayang di hadapan harapan.

Sebenarnya apa yang menjanjikan untuk dapat dihiasi dengan ketepatan akan artinya hubungan dua yang meyakinkan saja. Terasa semakin sulit untuk menempuh keberadaannya kini, karena telah tergambarkan setidaknya dalam sebuah bentuk yang disebut dengan 'kebiasaan'.

Dalam sadar yang mendekam, kini semakin tak pernah kusadari dan tak pernah kumengerti adalah sosok aku yang semakin kabur dalam bayangan gelap. Membenturkan semangat yang digugah hanya dengan hubungan pandangan mata dan bibir yang berucap tanpa kesejukan yang ingin dirasa.

Dingin, dan dingin itu semakin terkuak dengan hadirnya kilau tak menyapa pada setiap pertemuan. Apakah dan bagaimanakah yang selalu timbul dalam benak sisi pemikiran. Sungguh aku tersanjung bila itu semua hanya karena sebuah masa yang tertelan waktu, status dalam penyesuaian, tanpa menyadari bahwa manusia selalu bersifat seperti sisi-sisi sebuah koin, dimana selalu ada berubah saat dilontarkan.

Sekarang aku masih berkelahi dengan diriku sendiri di dalam keheningan, bukan karena ke-aku-an yang sekarang, melainkan malaikat-malaikat yang selalu membimbingku dari ketulusan doa dan dekapan mereka.
Dan aku sangat mencintai para malaikatku.
Bukan saja karena aku telah di hadirkan, tapi karena aku selalu diterima dalam kondisi apapun.
Bukan karena apa dan bagaimana, tapi karena hanya aku.

Aku pernah dihina, tapi aku dibela.
Aku pernah dijatuhkan, tapi aku dibangkitkan.
Aku pernah dikucilkan, tapi aku dirangkul.
Aku pernah bersedih, tapi aku dibahagiakan.
Aku pernah melupakan, tapi aku tak pernah dilupakan.
Aku pernah berkhianat, tapi selalu diterima.
Aku pernah mengeluh, tapi aku dipulihkan.

Aku telah disandingkan dengan mereka, dan aku akan tetap bersama dalam keabadian.
Hidupku adalah mereka.

Minggu, 01 Desember 2013

Melayangkan Pandang

Pada saat yang bersamaan telah menenggelamkan cerah dalam titik kebekuan.
Membakar sejenak kosong yang pernah dirasa kini, menumbuhkan apa yang pernah terjadi sebelumnya, merubah bentuk setiap desirannya, menebarkan sebuah pesona dalam kesetiaan padat hari, menjelmakan sedikitnya ungkapan yang masih berbatas, membungkan riuhnya keramaian hati. Sisi yang berbeda telah dimunculkan hanya dengan ulasan kata yang terangkan tawa canda serta kepanikkan.

Sejenak tak terarah keberadaan yang semakin buram, membuatnya melayang dan singgah di singgasana teratas dari kedudukan sebuah rasa, memberikan pahitnya sebuah hitam dan putih.
Tak pernah terjalin sebelumnya hanya merasa. Semakin dirasa semakin menggila dan terus merusak sel-sel dalam lingkup pikiran yang tak berbatas, membuat diri semakin kian terpuruk.

Imajinasi mulai menyikap dalam alunan gelap, merasakan sedikitnya desiran kulit itu. Nampak matanya yang berbinar, merebahkan luka itu--lagi.
Dan menjaga adalah sebuah harapan yang bisa terus berharga dalam setiap langkahnya nanti. Membiarkan aliran darah pemacu pikiran membentuk sebuah pola dalam dentuman nadi di kepala yang membulatkan kata dalam 'diam'.
Dan mungkin akan tetap selalu 'diam terjaga'.

Selasa, 19 April 2011

Coretan Kata

Kelam Malam
Rongga sejuk angin malam telah mendarat untuk dapat memeluk bintang yang terbentang di penjuru langit; semoga meranumkan hangat rembulan untuk menuainya.


Sunyi Senyap
Gelap menahan sebuah titik cahaya untuk dapat singgah dalam himpitan parau suara senja yang datang untuk menghirup kenang bahagia; walau tak berpenghujung pada sebuah manis.


Tidur Bermimpi
Gemerlap mentari telah berubah menjadi romansa rembulan yang berhimpit pada sudut bintang malam, menuai sisi berat mata untuk melanjutkan perjalanan hidup pada sebuah lelap.


Mencari ruang untuk dapat berpesta pada kemilau bunga tidur; menjelaskan diri untuk dapat menuai harapan.
Karena tidur untuk bermimpi itu mengindahkan diri dalam kemasan yang tersandar batasan nyata.


Terbitkan Entri